Ketika Anda memikirkan karyawan dalam usia mereka yang berada di lima puluh tahun ke atas, Anda mungkin membayangkan orang-orang mendekati masa pensiun dan tidak mendapatkan tempat di kantor modern diiringi dengan minat rendah dalam mempelajari alat dan teknologi baru.

Pemikiran Anda salah. Karyawan berusia tua bukanlah orang yang tidak dapat berbuat apa-apa atau sekadar pajangan. Segmen tenaga kerja berusia tua sebetulnya bukan hanya ada satu segmen. Demografi ini meliputi berbagai jenis pekerja — dengan latar belakang, pengalaman, dan keinginan yang beragam — yang dapat Anda bayangkan terlihat di sekitar kantor, di toko, dan bahkan di bidang manufaktur dalam periode waktu yang lama.

Hampir di mana-mana di seluruh dunia, populasi telah menyimpang ke usia yang lebih tua dibandingkan sebelumnya. Orang-orang di atas 65 tahun merupakan 5% dari total populasi dunia tahun 1950, tetapi prakiraan persentase ini akan meningkat menjadi 16% di tahun 2050, menurut data dari World Population Prospects: Edisi Revisi tahun 2019. Di Amerika Serikat saja, 10.000 orang berusia 65 tahun setiap harinya, dan jumlah orang Amerika berusia 65 tahun ke atas, yang pada tahun 1950 berjumlah 13 juta, sekarang menjadi 58 juta, dan pada 2060, hampir 95 juta orang Amerika berusia 65 tahun ke atas. Masa hidup telah meningkat tajam sejak awal abad ke-20, kecuali ketika adanya tragedi kematian karena pandemi Covid-19 sejak awal 2020. Kini, orang berusia 65 tahun dengan kondisi kesehatan yang baik dapat terus hidup hingga hampir 90 tahun. Para ahli dalam kehidupan umur panjang (longevity) percaya kalau anak-anak yang lahir di abad ini harus bersiap untuk hidup hingga umur 100 tahun.

Mungkin lebih pentingnya, rentang kesehatan — istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan tahun-tahun seseorang dapat hidup tanpa membutuhkan perawatan — juga semakin panjang. Karena orang-orang lebih sehat pada usia yang mencapai 60, 70, dan bahkan 80 tahun, mereka akan bekerja dengan periode tahun lebih lama dibandingkan sebelumnya. Faktanya, hanya dua tahun dari sekarang, hampir 25% dari tenaga kerja akan berusia 55 tahun ke atas. Beberapa dari pekerja ini memilih bekerja hingga periode yang lama, dan sebagian lagi terus bekerja karena mereka tidak mendapat uang yang cukup antara usia 20 dan 65 tahun untuk mendukung diri mereka jika mereka hidup hingga 90 tahun. Tuntutan finansial pada seseorang yang berusia hingga 90 tahun lebih besar dari kehidupan mereka yang hanya bertahan hingga usia 70 tahun.

Orang-orang berusia 55 tahun ke atas merupakan segmen yang berkembang cepat pada tenaga kerja di Amerika. Meski demikian, terdapat banyak kesalahpahaman tentang mereka. Mitos dan konsepsi yang persisten, disertai dengan diskriminasi usia memengaruhi cara kita berbicara mengenai pekerja berusia tua.

Kita harus mengubah wacana yang ada.

Umur panjang pada pekerja bukan merupakan masalah, melainkan sebuah kesempatan. Akan tetapi, untuk memanfaatkan pengalaman dan energi dari orang-orang ini, perusahaan Anda harus “siap dengan usia tua” — yang berarti infrastruktur bangunan dan sistem dapat mendukung dan melibatkan mereka.

Diskriminasi Usia yang Persisten

Studi telah menegaskan kalau diskriminasi usia telah menyebar luas di tempat kerja dan pasar kerja. Selama periode Krisis Ekonomi, misalnya, pekerja berusia tua khususnya terkena efek negatif: Terdapat persentase lebih besar dari mereka yang berusia 55 tahun ke atas mengalami keadaan menganggur jangka panjang dibandingkan dengan pekerja muda, mereka lebih lama terlantar, dan mereka kemungkinan lebih memasuki kembali tempat kerja dengan gaji yang lebih rendah dibandingkan pekerjaan mereka sebelumnya.

Lebih lanjutnya:

  • Terdapat 9 dari 10 pekerja berusia tua yang menyaksikan diskriminasi terhadap orang-orang pada kelompok usia mereka yang terkadang atau sangat umum terjadi.
  • Terdapat 3 dari 5 pekerja berusia tua yang melaporkan kalau mereka telah menyaksikan atau mengalami diskriminasi usia di tempat kerja.
  • Satu pertiga dari mereka yang khawatir kehilangan pekerjaan mereka tahun depan mencatat diskriminasi usia sebagai alasan utama atau alasan penunjang atas perkiraan mereka terhadap terjadinya hal ini.
  • Di antara pencari kerja, 44% dari pelamar pekerjaan berusia tua mengatakan mereka telah ditanya mengenai informasi terkait usia mereka selama proses melamar kerja atau wawancara.
  • Hanya 3% pekerja yang melaporkan kalau mereka telah membuat pengaduan formal terkait diskriminasi usia kepada supervisor, perwakilan HRD, perusahaan lain, atau lembaga pemerintah.
  • Hampir 6 dalam 10 pekerja berusia tua sangat mendukung penguatan hukum untuk mencegah diskriminasi usia.

Dalam makalah ilmiah pada topik yang sama, para penulisnya, Ashley Martin, akademisi di Stanford Graduate School of Business, dan Michael S. North dari New York University mendeskripsikan diskriminasi usia sebagai sistem kepercayaan yang sudah waktunya berakhir. Peneliti di lapangan telah mengidentifikasi dua mitos umum yang berkontribusi pada diskriminasi usia.

Mitos #1: Pekerja berusia tua lebih mahal dan tidak menambahkan nilai. Sebagian dari mitos ini berasal dari kepercayaan yang umum kalau gaji dan tunjangan untuk pekerja berusia tua melebihi gaji dan tunjangan yang diterima oleh pekerja berusia muda. Persepsi umum lainnya adalah pekerja yang lebih berpengalaman kurang produktif dan memberikan nilai lebih sedikit pada tempat kerja.

Kenyataannya, pekerja berusia tua mengurangi biaya untuk pemberi kerja dan menambahkan nilai yang tidak dapat dilakukan oleh pekerja lainnya. Selama pandemi Covid-19, misalnya, puluhan ribu perawat kesehatan profesional yang telah pensiun kembali bekerja di rumah sakit, dengan kata-kata seperti berpengalaman, bijaksana, esensial, dan dapat dipercaya yang digunakan untuk mendeskripsikan mereka. Nilai mereka juga dapat dilihat dalam penelitian perusahaan konsultan di bidang pekerjaan, Mercer, yang telah menemukan pekerja berusia tua membawa level inteligensi emosional tambahan pada tempat kerja. Demikian juga, pekerja berusia tua mengurangi biaya karena mereka kemungkinannya kecil untuk cuti sukarela dan memiliki penggantian karyawan lebih rendah pada tim yang mereka supervisi. Pekerja berusia tua berperan krusial dalam menciptakan lingkungan berbagi pengetahuan dan mentoring, dan studi menunjukkan kehadiran mereka akan menguatkan kohesi, kolaborasi, dan ketahanan dalam kelompok.

Pekerja ini juga berkontribusi terhadap motivasi. Sektor yang berkaitan dengan kesehatan (longevity) merupakan sektor yang berkembang pesat di dunia dengan estimasi USD22 triliun secara global dan hampir USD8 triliun di Amerika Serikat. Secara virtual, setiap industri dan perusahaan membutuhkan strategi untuk melayani pelanggan berusia tua, dan pekerja berusia tua dapat memainkan peran dalam membuat konsep dan mengembangkan produk dan layanan, serta membawanya ke pasaran. Perubahan dalam strategi telah terjadi pada perusahaan, seperti Warby Parker yang awalnya adalah merek kacamata yang menjual langsung ke konsumen, telah menarik perhatian orang dewasa muda. Namun, Warby Parker menghasilkan pertumbuhan pesat ketika perusahaan memasuki pasar lensa kacamata progresif untuk orang berusia tua. Perputaran Warby Parker membutuhkan perusahaan untuk menghasilkan strategi untuk pasar, termasuk merekrut dan berkonsultasi pada orang-orang yang ada pada target pasar. Perusahaan mempelajari kalau yang diinginkan pelanggan longevity (yang merupakan orang-orang tua) — rangka kacamata yang modis dengan harga terjangkau — yang membedakan dalam asumsi umum tentang keinginan para pelanggan ini. Di pasar longevity ini bahkan terdapat satu istilah untuk mendeskripsikan desain produk buruk yang didasarkan asumsi yang tidak tepat kalau orang-orang tua tidak peduli dengan mode atau ketertarikan visual, yaitu kacamata besar, berwarna krem, dan desain yang membosankan.

Mitos #2: Pekerja berusia tua kesulitan dengan teknologi dan keterampilan baru. Kepercayaan ini diperkuat dengan kampanye pemasaran untuk produk teknologi, tetapi citra orang tua yang gemetar dan tidak dapat mengoperasikan ponsel mereka adalah gambaran yang mendiskriminasi usia. Banyak pekerja berusia tua yang fasih menggunakan teknologi, dan pandemi telah memicu naiknya pembelajaran keterampilan digital di antara orang-orang tua, seperti kita semua, terpaksa memasuki dunia Zoom. Bekerja jarak jauh dengan tidak sengaja telah menjadi penyetara yang hebat karena semua pekerja menjadi fasih dalam menggunakan teknologi yang dibutuhkan untuk maju di tempat kerja yang berkembang.

Di mana adanya kesenjangan keterampilan, kesenjangan ini dapat tetap terisi. Kenyataannya bukanlah pekerja berpengalaman tidak dapat belajar keterampilan baru. Akan tetapi, mereka kemungkinannya lebih kecil untuk telah diajarkan atau bereksperimen secara independen dengan keterampilan dan teknologi yang telah ada ini, menurut penelitian Mercer. Selagi orang dewasa muda lebih mungkin dibandingkan orang berusia tua dalam menjadi pengadopsi teknologi lebih awal, telah terdapat kenaikan dalam adopsi teknologi kunci oleh mereka yang berada di kelompok umur tertua selama dekade sebelumnya. Yang paling penting, orang-orang tua ingin belajar teknologi baru, sama seperti generasi lainnya.

Perusahaan harus berhenti berfokus kepada apa yang tidak diketahui pekerja berusia tua dan sebaiknya mempertimbangkan pengajaran keterampilan tambahan dan pelatihan yang dapat mereka tawarkan untuk memaksimalkan keinginan karyawan untuk belajar dan berkontribusi. Perusahaan seperti BMW, Best Buy, Salesforce, dan Google menyediakan kesempatan bagi pekerja semua usia untuk mempertahankan literasi digital, dan mereka telah melihat penerapan dan hasil yang baik dari pekerja berusia tua. AARP dan Google berkolaborasi untuk membantu pekerja berusia 50 tahun ke atas yang berpenghasilan rendah — khususnya perempuan dan kelompok ras lain — untuk meningkatkan keterampilan digital mereka. Program ini ditargetkan untuk meluncur di delapan negara bagian di Amerika Serikat, dengan rencana untuk menaikkan skalanya ke level nasional.

Masa Depan LongevityPara ahli longevity sering berkata kalau upaya mengubah mitos ini merupakan “perubahan diskriminasi usia menjadi kebijaksanaan usia.” Para ahli ini percaya perusahaan harus mengakui, memberikan, dan menuai nilai yang dikontribusikan oleh pekerja berusia tua berkat pengalaman hidup dan pengetahuan mereka. Perusahaan harus merangkul sudut pandang ini dalam ruang rapat, tenaga kerja, iklan, dan kampanye pemasaran mereka. Dengan adanya sejumlah orang-orang tua yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik yang akan menjadi karyawan atau pelanggan di tahun-tahun mendatang, perusahaan akan terlihat bodoh jika tidak melakukan hal tersebut.

Sumber: Harvard Business Review (Susan Wilner Golden, 08 Maret 2022)

Gita Djambek

Diruanghati.com is a co-blogging between my daughter, Aya and myself. This is where we share our thoughts about each other's thoughts as well as our individual thoughts. We hope readers can be entertained as well as gaining insights from us.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *