Being Human

Bagaimana Orang Tua Dapat Membantu Anak Remaja Mereka Merencanakan Masa Depan

Bukanlah rahasia kalau usia remaja melibatkan banyak pembelajaran tentang diri sendiri, mencari kegiatan apa yang dilakukan setelah waktu sekolah yang menjadi hobi, pelajaran apa di sekolah yang dapat menjadi karier, atau setidaknya memulai pilihan jurusan kuliah di universitas, serta bagaimana cara menjadi teman yang baik. SMP dan SMA merupakan waktu di mana saya mempelajari kalau saya tertarik dengan agama, saya tidak terlalu kompetitif di tim olahraga, dan sejarah bukan merupakan pelajaran yang cocok dengan saya, dan mungkin yang terpenting, saya adalah seorang perencana bawaan. Beberapa mahasiswa juga seperti saya—pembawaan mereka telah mempunyai daftar dan rencana yang terdapat dalam pikiran mereka. Orang lain, mungkin sebagian besarnya, merupakan kebalikannya. Perencanaan dapat menjadi situasi penuh tekanan untuk remaja. Perencanaan jangka panjang untuk masa depan, bahkan dapat membuat remaja tidak berdaya.

Terkadang, inilah waktu orang tua juga ikut andil. Tidak melakukan apa pun dan melihat anak Anda memasuki ranah yang tidak diketahui dapat memberikan tekanan. Terdapat situasi yang sulit dihadapi bagi orang tua untuk terlibat dan menawarkan independensi. Seberapa banyak perencanaan yang harus dilakukan orang tua untuk seorang anak remaja? Pada titik apa anak Anda dapat membuat kesalahan tanpa melakukan terlalu banyak kerusakan atau menimbulkan kerugian terlalu banyak? Sebagai seorang mahasiswa, saya tahu apa rasanya menjadi remaja seperti itu, untuk berpikir melalui setiap rencana yang memungkinkan untuk diri sendiri dan masih tetap menghadapi tantangan ketika saya harus meminta bantuan. Dalam pandangan saya, beginilah orang tua dapat membantu remaja membuat rencana jangka panjang.

Membantu Mempersempit Fokus Mereka

Anak remaja Anda mungkin kesulitan untuk mempersempit apa yang mereka ingin lakukan di masa depan. Prospek untuk melalui tahun-tahun ke depan, tanpa terlalu mengetahui apa yang akan terjadi dapat menakutkan atau menggembirakan, terkadang keduanya. Karena alasan inilah, beberapa remaja melamar ke berbagai pekerjaan yang berbeda, program-program, kesempatan magang, beasiswa, universitas, apa pun yang tersedia. Orang tua dapat membantu orang tua untuk mempersempit fokus mereka, atau bahkan mengalihkan fokus mereka ke cara yang positif.

Orang tua saya selalu terlibat dalam proses pengambilan keputusan ketika membahas pendidikan saya. Saya menelepon ayah saya setiap waktu penjadwalan kelas telah dibuka, jadi saya mendapatkan saran ayah saya pada pendaftaran mata kuliah. Saya tahu dari awal apa yang saya inginkan adalah memutuskan masuk jurusan psikologi, dan ayah saya mendukung saya dalam keputusan ini dengan mengetahui kalau pilihan jurusan kuliah dapat berubah setiap waktu. Perincian merupakan hal yang penting untuk ayah saya karena dia tidak ingin saya terperangkap dengan maksud yang baik. Ibu saya selalu berpikir secara pragmatis yang berhubungan dengan bursa kerja. Ibu saya mengingatkan saya untuk memastikan jenis pekerjaan yang saya pertimbangkan mempunyai proyeksi pertumbuhan, mendapatkan bayaran cukup adil, dan merupakan jalan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Ayah saya tidak ingin saya terlalu berorientasi kepada karier yang dapat membuat saya berakhir dengan penyempitan lapang penglihatan, yang merupakan tendensi yang kadang saya alami.

Keseimbangan antara mengingatkan saya apa yang harus diwaspadai (dibandingkan dengan hanya fokus untuk mewaspadai keseimbangan ini saja), dan mendukung saya, serta kemampuan saya untuk membuat keputusan yang baik merupakan kunci kesuksesan lebih jauh di kampus dan di dalam kehidupan saya. Ini juga merupakan kunci untuk perasaan percaya diri terhadap segala sesuatu yang saya kejar, yang pada akhirnya mengalir ke dalam konsep harga diri dan bakat saya.

Menetapkan Ambang Batas untuk Kegagalan

Baik untuk mengetahui kapan harus melangkah maju dan kapan harus membiarkan anak Anda membuat keputusan dirinya sendiri, bahkan jika keputusan ini berujung pada kegagalan. Ini seperti ambang batas kegagalan untuk maju. Saya selalu senang dengan ide gagal untuk maju. Anda membuat kesalahan, tetapi ini adalah pengalaman yang positif pada akhirnya karena Anda belajar dari pengalaman itu. Dalam membantu anak remaja Anda merencanakan masa depan mereka, saya akan berkata (terus terang, saya punya banyak pengalaman sebagai remaja, tetapi tidak ada pengalaman menjadi orang tua) mulai dengan berpikir apa ambang batas kegagalan untuk maju adalah untuk Anda dan apakah Anda mempunyai ambang batas ini. Jika Anda merasa nyaman untuk membiarkan anak remaja Anda terhadap “potensi”, penekanan pada kata “potensi”, tidak sukses pada usaha mereka setelahnya, lantas Anda biarkan mereka membuat keputusan sendiri. Jika Anda berpikir biaya untuk membuat kemungkinan kesalahan itu lebih besar daripada manfaat dari belajar dari kesalahan tersebut, mungkin Anda telah mencapai ambang batas Anda.

Menerima Akan Adanya Ranah yang Tidak Diketahui

Ketika berhadapan dengan anak remaja Anda, izinkan mereka bersemangat akan adanya ranah yang tidak diketahui. Perencanaan jangka panjang dapat memberikan tekanan penuh ketika Anda merasa harus mengetahui ke mana arah Anda pergi. Sejujurnya, Anda tidak perlu mengetahuinya. Banyak universitas dan profesional yang mendukung gap tahun produktivitas, khususnya dalam melihat keadaan pandemi. Meluangkan waktu untuk mempelajari lebih lanjut tentang minat, cita-cita, dan tujuan Anda mungkin merupakan cara yang bagus untuk mengisi ulang pikiran. Untuk mereka yang mampu membuat keputusan seperti ini, saya setidaknya ingin menyarankan pertimbangan bijaksana. Saya dan orang tua saya telah berunding dengan saksama tentang kemungkinan ini untuk saya, tetapi pada akhirnya saya memutuskan untuk menolaknya.

Ketimbang memilih di awal, saya memutuskan untuk masuk kampus dengan jurusan yang belum ditentukan/belum diputuskan. Bergantung pada sekolah, kebanyakan mahasiswa mempunyai waktu hingga sekitar semester kedua dari tahun kedua mereka untuk memilih jurusan akhir mereka, dan sejujurnya, jurusan ini masih dapat berubah setelahnya. Dapat menjadi lebih mudah untuk menjalankan persyaratan umum pendidikan dan lebih banyak eksplorasi kursus yang dapat membantu untuk memetakan jalan yang benar tanpa harus tertinggal dalam studi.

Mendapatkan Saran Ahli

“Orang tua harus mendorong anak mereka untuk mencoba berbagai hal, bahkan hal-hal yang berada di luar zona nyaman mereka,” ujar Francyne Zeltser, Psy.D., seorang psikolog anak dan ibu dari dua anak di New York City. Ini merupakan sesuatu yang diidentifikasi orang tua sebagai kekuatan atau ketertarikan untuk remaja. Ini bukanlah sesuatu yang dilakukan setiap orang.

“Saya ingin mengikuti aturan tiga bagian—cobalah sesuatu tiga kali ketika masa remaja Anda. Kemudian, cobalah melakukan dialog terbuka pada aturan ini. Jika mereka tidak menyukainya, jangan paksa mereka untuk meneruskannya, tetapi diskusikan apa yang mereka tidak sukai tentang sesuatu itu,” ujar Dr. Zelter. “Apakah mereka tidak menyukai aktivitasnya atau apakah mereka tidak menyukainya karena mereka tidak mahir melakukannya. Hanya karena mereka tidak mahir, tidak berarti mereka tidak harus melakukannya. Latihan menghasilkan kesempurnaan.”

Dr. Zeltser juga mengatakan kalau penting untuk orang tua mengajarkan anak dan anak remaja mereka untuk menjadi pemikir yang fleksibel. “Kegagalan atau sesuatu yang tidak sesuai harapan kita itu adalah hal-hal yang membuat kita lebih kuat dan mengarahkan pada perkembangan personal dan profesional,” ujar Dr. Zeltser. “Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak mereka menetapkan ekspektasi yang realistis sehingga terdapat ruang lebih kecil untuk mereka merasa kecewa. Juga, jika dan ketika mereka merasa kecewa karena ini akan terjadi, mereka dapat menghadapi kekecewaan itu.”

Fleksibilitas ini akan membantu anak remaja Anda jika mereka tidak mendapatkan universitas yang mereka inginkan atau mendapatkan tawaran pekerjaan. Dr. Zeltser berujar, “Dengan bimbingan Anda, anak remaja Anda akan dapat menemukan jawaban tentang apa yang mereka dapat lakukan dengan sendirinya.”

Ariel Wajnrajch (Nn.), 20 tahun, merupakan mahasiswa senior di Binghamton University yang mendalami program gelar MBA akselerasi selagi mengambil gelar psikologi. Ariel menulis untuk kolom opini di Pipe Dream yang merupakan koran independen terbesar di Binghamton University yang dikelola oleh mahasiswa.

Sumber: Orang Tua (Ariel Wajnrajch, 15 Juli 2021)

Gita Djambek

Diruanghati.com is a co-blogging between my daughter, Aya and myself. This is where we share our thoughts about each other's thoughts as well as our individual thoughts. We hope readers can be entertained as well as gaining insights from us.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *